Pemuda Mewujudkan Perubahan dengan Islam

Oleh: Agi Laksa Tiwati
Tak hanya di samarinda, namun aksi ini pun dilakukan oleh mahasiswa dan elemen masyarakat sipil dari berbagai wilayah di Indonesia. Mereka bersuara untuk menolak kenaikan harga BBM pertalite dan solar yang telah ditetapkan oleh Presiden Joko Widodo.
Bahkan Aliansi Masyarakat Kaltim Membara, Sayid Ferhat mengatakan bahwa aksi demontrasi yang digelar saat ini tidak akan berhenti dan akan terus dilakukan sampai tujuan tercapai yaitu penurunan harga BBM subsidi. Massa aksi meminta agar wakil rakyat Kaltim yang saat ini duduk dikursi parlemen turut menolak kenaikan BBM subsidi dan dapat diperjuangan ke Pemerintah Pusat.
Aksi ini memuat beberapa tuntutan selain menolak kenaikan harga BBM yaitu memberikan kritik pada BPH Migas karena memiliki kinerja yang sangat tidak memuaskan. Mahasiswa juga mendorong payung hukum yang jelas terhadap penggunaan BBM bersubsidi, mengevaluasi alur distribusi BBM bersubsidi, mendesak pemerintah memberantas mafia migas dan tambang serta mendesak pemerintah untuk menjaga stabilitas harga bahan pokok, (cnnindonesia.com)
Pemuda Harus Paham Akar Masalah
Aksi para pemuda dalam menyuarakan aspirasi rakyat dan membawa perubahan bagi negeri ini tentulah sangat dibutuhkan. Apalagi ditengah kondisi yang makin sulit. Berbagai kebijakan yang dikeluarkan kian memperparah kehidupan rakyat bahkan dalam memenuhi kebutuhan pokok saja.
Tak dipungkiri pada era pemerintahan Presiden Joko widodo, kenaikan harga BBM terjadi berulang kali dan terkesan mendadak. Seperti hal nya yang terjadi saat ini, pengumuman disampaikan pada sabtu (3/9/2022) pukul 13.30 WIB dan langsung berlaku satu jam setelahnya.
Meski rakyat menolak dengan keras, alih-alih mendengar rakyat. Pemerintah justru bernarasi bahwa kebijakan ini semata untuk rakyat. Alhasil, pemerintah tetap menaikkan harga BBM dengan dalih agar subsidi tepat sasaran, beban APBN berkurang, perekonomian cepat pulih dan sebagainya. Inilah paradoks di negeri demokrasi. Demo berhari-hari tak jua diapresiasi.
Demokrasi yang dikatakan dari, oleh rakyat dan untuk rakyat. Namun faktanya demokrasi hanya melayani dan mengurusi korporasi dan pejabat. Lihat saja, gelontoran dana APBN untuk fasilitas fantastis pejabat seperti mobil mewah, gorden bahkan kalender. Begitu pula proyek infrastruktur mubazir seperti IKN dan kereta cepat yang terus meminta dana dari APBN, tidak pernah disebut “beban negara’, padahal aroma korupsi juga begitu kental terasa. Lalu, adilkah hal ini untuk rakyat?
Kesejahteraan saat ini hanya dimiliki segelintir elite berkuasa dan berharta sedangkan rakyat kecil sengsara dan menderita. Ironi hidup dalam negeri yang katanya menjunjung demokrasi.
Menghadapi kondisi ini, sudah sepatutnya pemuda tidak diam. Harus bersuara lantang untuk menginisiasi perubahan dan menyadarkan umat bahwa kebijakan kenaikan harga BBM adalah satu dari sekian banyak kebijakan kapitalistik.
Akar persoalan kebijakan zalim bukan sekedar siapa yang berkuasa, melainkan lebih dari itu. Persoalan ini menyangkut sistem yang menjadi lahirnya kebijakan ini, yakni tidak lain adalah sistem demokrasi kapitalisme. Sistem ini pula yang melahirkan penguasa yang terikat dengan kepentingan oligarki dan korporasi.
Dengan memahami hal ini, maka potensi besar pemuda sebagai agen perubahan dapat dioptimalkan dengan arah perjuangan yang benar untuk kebangkitan umat dan membebaskan negeri dari oligarki asing dan aseng.
Pemuda pada Masa Islam
Pemuda adalah agen perubahan ditengah umat manusia. Tidak ada perubahan tanpa melibatkan dan tanpa dilakukan anak-anak muda. Hal itu karena pemuda adalah kelompok manusia yang cerdas dan lebih mudah menerima petunjuk ketimbang orang yang sudah tua.
Bahkan untuk memprediksi masa depan suatu bangsa, bisa dengan melihat generasi mudanya. Apabila mereka sibuk dengan merancang masa depan negeri mereka, berfikir keras bagaimana berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain, itu pertanda bangsa tersebut akan maju.
Dengan potensi pemuda yang begitu besar, perlu untuk mengarahkan mereka kepada perubahan yang benar. Bagi pemuda muslim, kebenaran hanya ada pada Allah SWT. Sumber ilmu pengetahuan ada pada Al-qur’an. Oleh karenanya, pemuda yang meletakkan keimanan diatas akal akan senantiasa mendapat petunjuk ke jalan yang lurus.
Para pemuda masa kini perlu mencontoh para pendahulunya, yaitu pemuda generasi sahabat. Mereka memegang Islam dengan kuat, memperjuangkan di tengah kaum kafir Quraysi tanpa ragu, hingga mengorbankan nyawa demi tegaknya Islam.
Seperti halnya Ali bin Abi Thalib, seorang pemuda yang masuk Islam pada usia 7 tahun. Saat itu, ia mampu membedakan mana yang benar dan salah. Dengan kecerdasannya, ia selalu membantu NAbi SAW. Hingga berani menggantikan Nabi SAW saat rumah beliau dikepung tentara Quraisy.
Seperti halnya Umar bin Khaththab yang masuk Islam pada usia 27 tahun. Sebelumnya ia menjadi orang nomor satu yang memusuhi Islam, tetapi setelah mendengar QS. Thaha, hatinya bergetar dan akhirnya beriman. Semenjak itu, Umar mencintai Islam, bahkan menjadi orang terkuat dalam melawan kafir Quraisy.
Bisa dibayangkan, ketika para pemuda memahami Islam dengan benar. Maka, mereka bisa secerdas Ali bin Abi Thalib atau setangguh Umar bin Khaththab dan sahabat lainnya.
Demikianlah harapan umat sebenarnya terletak pada para pemuda yang mau bersusah payah mengkaji Islam dan memperjuangkannya. Mereka mengerahkan sebagian besar hidup untuk menggapai janji Allah dan Rasul-Nya, yakni kemenangan Islam.
Oleh karenanya, umat Islam dan dunia ini membutuhkan pemuda hebat. Pemuda yang senantiasa berpikir untuk umat dan membuat perbaikan di tengah umat sembari membuat perbaikan untuk dirinya.
Perjuangan yang ditempuh tiada lain hanya untuk Islam. Selain Islam, semuanya hanyalah fatamorgana. Merekapun bangga dengan agamanya. Melalui semangat pemuda yang membara, mereka berupaya mendakwahkan syiar-syiar Islam dengan mengorbankan waktu, harta, pikiran serta jiwa mereka dijalan Allah Ta’ala. Mereka menyadari urgensi umat Islam harus memperjuangkan Islam kaffah.
Di era sulit ini hanya dakwah Islam kaffahlah yang mampu meluruskan para pemuda hingga menyadari tugas utamanya sebagai makhluk Allah. Wallahu’alam bis-shawwab.[***]
*)Penulis adalah Pemerhati Masalah Umat
Komentar