Fenomena Anomali Pasar January Effect dan The Day of The Week Effect Terhadap Return Saham

Oleh: Erinda Novela Khoiriah
Pasar modal di dalamnya terdapat penjual dan pembeli di mana mereka melakukan berbagai kegiatan dengan penawaran dan terjadi perdagangan efek.
Dalam pasar modal ini, penjual dan pembeli melakukan kegiatan salah satunya yaitu melakukan perdagangan surat-surat berharga di mana surat ini diharapkan akan mendatangkan keuntungan dari hasil perdagangan. Menurut Mikhael dan Widanaputra pasar modal diartikan sebagai tempat bagi emiten yang sedang membutuhkan dana sehingga emiten-emiten ini nantinya akan mengeluarkan surat berharga, surat utang, maupun saham yang akan dijual kepada investor.
Dalam dunia pasar modal berkembang pula konsep yang dikenal dengan konsep pasar modal efisien. Dalam pembahasan konsep pasar modal ini dikatakan bahwa apabila terjadi harga saham yang tidak sesuai dengan semestinya, maka ini merupakan ketidaksempurnaan dalam informasi yang diserap. Pasar akan dikatakan efisien apabila tidak terdapat satupun investor yang akan menerima informasi sehingga dari informasi ini, investor tersebut dapat memperoleh return yang tidak normal dilihat dari risiko dan strategi perdagangan yang ada.
Tiga bentuk pasar itu, yakni: Pasar efisien bentuk lemah, setengah kuat, dan kuat. Dalam pasar efisien terdapat anomali yang juga berkaitan dengan hipotesis dari pasar efisien. Di dalam pasar pun terdapat berbagai macam bentuk fenomena, salah satunya yaitu anomali pasar. Anomali pasar yaitu kejadian yang terjadi pada pasar modal dan anomali ini tidak dapat diantisipasi karena di dalam anomali ini akan menawarkan keuntungan yang diinginkan oleh investor untuk mendapat suatu Abnormal Return. Anomali pasar ini yakni anomali perusahaan, anomali musiman, anomali kejadian atau peristiwa, da anomali akuntansi. Dari keempat jenis anomali yang dikemukakan oleh Alteza (2007) yang paling sering diteliti yaitu jenis anomali musiman. Anomali musiman di antaranya yaitu January Effect, The Day of The Week Effect, Time of Day, End of Month, Seasional, Week Four Effect, Turn of The Month Effect, Turn of The Year Effect, Holiday Effect, dan Rogalski Effect.
The Day of The Week Effect merupakan anomali pasar musiman di mana terjadi penyimpangan pada pasar efisien oleh karenanya memungkikan ada return yang akan berbeda di setiap hari nya. Anomali ini juga menimbulkan perbedaan return dalam seminggu yang diakibatkan oleh perilaku investor itu sendiri. Trisnadi dan sedana dalam penelitiannya menemukan adanya perbedaan return dalam satu minggu pada hari-hari tertentu. Sebagai penunjuk adanya return yang lebih tinggi atau lebih rendah dalam satu minggu ini dilakukan dengan pengujian anomali pasar berupa The Day of The Week Effect sebagai pengujian prediktabilitas return. Biasanya return signifikan negatif muncul di hari senin, sedangkan return signifikan positif muncul pada hari selain senin.
Dalam penelitian Sultana dan Islam menyebutkan adanya temuan pada The Day of The week Effect yang terjadi di Chittagong Stock Exchange dan volatilitas yang terus menerus di pasar saham. Kemudian terdapat penelitian lainnya yang tidak menemukan fenomena ini yaitu Kasdjan, Nazarudin, dan Yusuf dalam penelitiannya menyebutkan bahwa tidak terdapat fenomena The Day of The Week Effect pada periode 1 Juli 2013-30 Juni 2014. Menurut intan walaupun pandemi yang muncul di tahun 2020 ternyata mengalami peningkatan volume perdagangan. Sehingga hal ini menarik diteliti apakah dengan munculnya pandemi juga terjadi fenomena January Effect dan The Day of The Week Effect pada perusahaan indeks LQ45 periode Januari 2019-Desember 2021.
Hasil analisis Analysis of Variance (ANOVA) menunjukkan bahwa terjadi anomali pasar terhadap return saham di Bursa Efek Indonesia, khususnya perusahaan LQ-45 periode periode Januari 2019-Desember 2021. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat fenomena January Effect pada perusahaan LQ-45 di Bursa Efek Indonesia periode Januari 2019-Desember 2021. Artinya bahwa terjadi perbedaan return secara signifikan di bulan Januari dan lebih tinggi daripada bulan-bulan lainnya. Selain itu terdapat fenomena The Day of the Week Effect di Bursa Efek Indonesia (BEI) di mana return pada hari senin memiliki rata-rata paling rendah dan signifikan dibandingkan hari perdagangan lainnya, serta adanya fenomena week four effect.
Pengujian fenomena January effect
Pengujian hipotesis pertama yang dilakukan memberikan hasil yaitu menjelaskan apakah return saham pelaku usaha LQ-45 di Bursa Efek Indonesia menunjukkan fenomena January Effect. Jika dihitung rata-rata return saham, return saham di bulan Januari sebenarnya lebih besar dari return saham bulan-bulan lainnya. Hasil ini didukung dengan hasil uji Anova yang membuktikan bahwa return Januari secara signifikan berbeda dengan bulan yang lain. Maka dari itu, hipotesis pertama dalam penelitian ini dapat diterima dan terjadi January effect return saham pada tahun 2019 - 2021.
Andreas menyatakan bahwa Efek Januari adalah kecenderungan harga saham untuk naik pada minggu pertama bulan Januari. Lonjakan harga tersebut dipicu aktivitas pemilik modal sebagai cara menata kembali portofolionya setelah "dibuang" pada musim liburan tahun lalu. Harga timbul sebagai akibat dari permintaan investor untuk instrumen keuangan ini. Ekspektasi positif investor mendorong lonjakan permintaan. Efek Januari juga dikenal sebagai Efek Akhir Tahun. Anomali ini menyiratkan bahwa return cenderung turun di bulan Desember sebelum menjadi menguntungkan di awal Januari. Hal ini hanya dilakukan untuk menampilkan usaha kecil di akhir tahun oleh pemilik modal guna mengimbangi kerugian dengan pajak penghasilan pada akhir tahun yang wajib dibayarkan.
Asumsi lainnya tentang fenomena January Effect terjadi lebih disebabkan oleh keinginan perusahaan untuk mendapatkan informasi bagus atau good news melalui laporan keuangan tahunan dengan laba yang positif dan pertumbuhan yang meningkat, sehingga beberapa kepemilikan seperti manajer atau institusi akan lebih suka menjual saham-saham di akhir tahun dan melakukan pembelian kembali di awal tahun berikutnya atau di bulan Januari. Pendapat yang lain terhadap fenomena January Effect ini karena adanya asimetri informasi yang terlalu tinggi yaitu perbedaan informasi di pasar saham pada awal dan akhir tahun sehingga memengaruhi efisiensi informasi.
Alasan lain untuk pengembalian yang lebih tinggi di bulan Januari termasuk pajak, biaya transaksi, peningkatan risiko di bulan Januari ketika perusahaan merilis laporan tahunan dan banyak lagi. Beberapa hipotesis tersebut tidak sesuai dengan keberadaan pasar modal yang efisien dan tampaknya tidak ada hipotesis yang dapat menjelaskan fenomena tersebut.
Hasil penelitian ini melengkapi temuan Pradnya paramita dan Rahyuda yang menguji pengaruh January Effect terhadap abnormal return saham dan menyimpulkan bahwa rata-rata keseluruhan abnormal return saham tertinggi terjadi pada bulan Januari dan terendah terjadi pada bulan-bulan lainnya. Hasil yang sama juga didapatkan oleh Sari (2014) yang menyebutkan pada periode 2012 terbukti terdapat pengaruh yang signifikan pada Abnormal Return, sehingga mengindikasikan bahwa terjadi January Effect pada indeks LQ 45 BEI periode 2012.
Pengujian fenomena The Day of The Week Effect
Hipotesis kedua menyatakan bahwa “Terdapat fenomenal The Day of the Week Effect terhadap return saham LQ45 di Bursa Efek Indonesia”. Hal ini disebabkan anomali pasar, yaitu penyimpangan di pasar modal yang terjadi secara teratur dan memiliki pengaruh yang cukup besar. Dalam skenario anomali seperti itu, hasil pasar modal akan bertentangan dengan hasil yang diprediksi dalam posisi pasar yang efisien. Weekend effect berdampak pada perilaku harga saham. Weekend effect merupakan kecenderungan variasi harga saham yang menimbulkan abnormal return, yang sering terjadi pada hari Senin, hari pertama pembukaan bursa, dan Jumat, hari terakhir penutupan bursa.
Gejala weekend effect ini menunjukkan bahwa harga saham lebih tinggi pada hari Jumat daripada hari lainnya, sedangkan harga saham lebih rendah dan cenderung negatif pada hari Senin. Perilaku investor dipengaruhi secara psikologis, dengan Senin menjadi hari kerja pertama yang ditandai dengan rasa pesimis yang tinggi. Di lain sisi, hari Jumat adalah hari yang menyenangkan dan penuh harapan atau optimis bagi investor karena hari Minggu adalah hari libur. Jadi hari Senin investor cenderung menjual saham daripada membeli atau menahan saham, tidak seperti hari Jumat karena investor merasa senang dan optimis cenderung membeli saham.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Iramani, dan hasil penelitian Rita yang menemukan adanya fenomena Monday effect (the day of the week effect). Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Pandiangan (2009) yang tidak menemukan adanya fenomena Monday effect (the day of the week effect).
Dengan demikian, penulis menemukan bahwa fenomena January Effect dengan metode ANOVA membuktikan bahwa return saham pada bulan Januari berbeda secara signifikan dengan return pada bulan lainnya. Hal ini berarti fenomena January effect berpengaruh terhadap return saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia pada periode 2019 – 2021. Hasil pengujian terhadap fenomena the day of week effect dengan metode ANOVA membuktikan bahwa return pada hari Senin bernilai negatif dan berbeda secara signifikan dengan return pada hari lainnya. Hal ini berarti fenomena the day of week effect berpengaruh terhadap return saham LQ 45 di Bursa Efek Indonesia pada periode Januari 2019-Desember 2021.
Oleh karena itu, melalui tulisan ini bagi investor sebaiknya menghindari hari senin dan aktif pada investasi di hari-hari lain, karena terbukti hari senin memberikan return yang negatif dan signifikan. Investor hendaknya melakukan penataan kembali portofolionya dalam berinvestasi di Bursa Efek Indonesia di Bulan Januari karena terbukti memberikan return yang paling tinggi di bulan tersebut
*) Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Manajemen, Fakultas Bisnis dan Ekonomika, Universitas Islam Indonesia
Komentar