Editorial RadarKota: Begal BBM Subsidi Merajalela di Sula, Rakyat Sengsara, Pemda dan APH Tak Berdaya

Rahman Latuconsina, SH

RadarKotaNews, Malut - Masih segar dalam ingatan kita ketika masyarakat Sula, khususnya Kota Sanana (Kota Kab. Kepulauan Sula, Provinsi Maluku Utara) 'mangkurebe’ atau berebut dalam antrian demi untuk mendapatkan BBM Subsidi jenis Pertalite.

Saat itu kendaraan antrian sampai ke gedung SMPN 1 (arah bawah/barat) dan sampai melewati jauh gedung PT. AMT Sanana Lestari (arah atas/timur), pada antrian di SPBU Kompak desa Mangon.

Fenomena ini kemudian hanya terjawab dengan sangkaan banyaknya oknum yang ’bacurah atau ba'tap’ untuk dijual kembali ke pengecer, padahal jika ditelusur itu hanya bagian terkecil, bagian terbesarnya tidak tersentuh.

Bagian terbesar adalah mereka para spekulan yang melarikan BBM bersubsidi untuk dijual kepada mereka yang seharusnya membeli BBM dengan harga nonsubsidi (BBM Industri), mereka adalah mafia yang merajalela membegal BBM Subsidi.

Hari ini fenomena itu kembali terjadi, yang menjadi sasaran adalah BBM Subsidi jenis tertentu, yakni Minyak Tanah atau MITA.

Kelangkaan yang terjadi belakangan ini kemudian menebar aroma busuk yang mencurigai pasokan Mita untuk masyarakat Sula dilarikan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab.

Hal ini juga diungkap oleh Bupati Fifian Adeningsi Mus, walau tidak melalu rilis resmi dirinya sebagai kepala daerah, tapi Bupati Ningsi memberi kode, bahwa ada oknum-oknum tertentu dibalik langkanya Mita di Sula.

Sayangnya APH terlanjur mengambil kesimpulan bahwa kelangkaan terjadi karena adanya panic buying atau aksi borong Mita dari masyarakat yang berlebihan, untuk stok Natal dan Tahun Baru.

Hal ini memang perlu dibuktikan, dengan menginvestigasi di rumah warga, ambil sample dibeberapa rumah di desa Kota Sanana, berapa banyak masyarakat yang menimbun, kecil kemungkinannya.

Kemudian kemungkinan lain Mita dicurah dan dijual kembali ke pengecer, ini juga mudah sekali terbantahkan karena faktanya Mita langka ditingkat pengecer, lalu kemana berton-ton Mita yang dipasok Pertamina untuk masyarakat Kota Sanana?

Kecurigaan masyarakat, seperti juga pernyataan penuh makna Bupati Sula memang harus dibuktikan. Bahwa Mita di Sula dilarikan untuk dijual ke pekerja jalan, sampai ada rumor perahu muat kopra, dibawahnya Mita ditutup karung kopra, hal itu semua tentu harus ada pembuktian, karena mafia yang membegal BBM Subsidi di Sula terkenal licin, selicin belut, terbukti mereka tidak pernah tertangkap, yang tertangkap hanya ’ikan ngafi’ kemarin, kasusnya (kalo tidak salah) melarikan Mita kuota desa Mangega ke desa Mangon, sedangkan ’big fish-nya’ sampai hari ini tidak pernah terjaring.

Maklum ada ’cuan’ yang menggiurkan, rentang harga antara BBM Subsidi dan Non Subsidi, yang membuat siapa saja bisa khilaf dan tergoda, ancaman hukuman yang cukup tinggi (diatas 5 tahun, UU no. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi) bagi pelaku penyelewengan BBM bersubsidi tidak membuat geming pelaku begal BBM Subsidi di Sula, entah mengapa, mungkin karena pengawasan yang lemah dari Pemda Sula, atau mungkin aparatur penegak hukum (APH) yang tak berdaya, bahkan Satgas BBM Subsidi yang dibentuk Pemda Sula seperti hanya bisa mengungkap ’kulit luar’ dari permasalahan yang ada, sisi yang lain masyarakat sudah kandung menjadi korban, harusnya masyarakat menikmati subsidi dari negara, bukan malah sulit menikmati atau mengakses BBM bersubsidi.

Jelas persoalan ini menjadi tanggungjawab kita semua, selain aparat terkait, kesadaran kolektif harus terbangun, untuk secara bersama melawan para spekulan dan mafia BBM Subsidi di Kab. Kepulauan Sula.

Oleh: Rahman Latuconsina
Jurnalis RadarKota Biro Sula.

Penulis:

Baca Juga