Agresi Zionis Israel, Lemahnya Persatuan Kaum Muslim

Ilustrasi

Oleh: Nur Rahmawati, S.Pd

Zionis Israel kembali membombardir Gaza. Setidaknya 13 orang syahid termasuk seorang gadis berusia lima tahun.

“AWG mengutuk sekeras-kerasnya atas agresi Zionis ini. Serangan ini, sekali lagi membuktikan bahwa mereka adalah rezim zalim yang tersisa yang harus dimusnahkan dari muka bumi,” tulis AWG dalam keterangan tertulisnya

Para pemimpin dunia dan seluruh komunitas internasional dituntut untuk merespon kezaliman ini dengan nyata. Bukan sekadar menunjukkan keprihatinan dan kecaman tanpa aksi nyata. Namun di sisi lain, hubungan baik dan normalisasi dengan Israel tetap mereka lanjutkan. Tentu yang kita harapkan tidak hanya sekadar kecaman yang berulang. Seharusnya para pemimpin Muslim bersatu. Tidak sekadar gimmick diplomatik apalagi standar ganda, memberikan kecaman tapi terus menjalin hubungan mesra dengan Zionis.  Atau mengutuk, memberi sanksi, dan memboikot Rusia atau Invasi ke Ukraina tapi membiarkan kezaliman Zionis di palestina. (Republika.co.id, 7/8/2022).

Saat Palestina dibombardir Israel, negara-negara muslim “diam” tanpa memberikan aksi nyata. Padahal, jika negara muslim bersatu dan mengirimkan pasukan militer ke Palestina, tentu Palestina sejatinya bisa bebas dari cengkraman Israel. Namun, dengan adanya sekat nasionalisme, negara-negara muslim bungkam dengan dalih enggan melanggar intervensi negara. Lebih ironis, saat negara-negara tetangga Palestina seperti Mesir, Arab Saudi, Bahrain, Yordania justru melakukan normalisasi yang justru menunjukkan pengkhianatan terbuka terhadap Islam.

Sangat jelas bahwa nasionalisme-lah yang menjadi sumber penderitaan umat Muslim. Sebab nasionalisme menjadikan kaum muslim menganggap permasalahan yang ada hanya persoalan internal negaranya saja bukan persoalan mereka yang seharusnya umat muslim saling membantu di mana pun mereka berada tanpa ada batasan nasionalisme.

Menurut Farid Wajdi, dengan diakuinya Israel sebagai sebuah negara oleh dunia internasional, terutama oleh negeri-negeri Islam, maka Israel memiliki legalitas dengan melakukan cara apapun dalam menghentikan perlawanan rakyat Palestina dengan alasan menjaga keamanan Israel. Bahkan keberadaan pengakuan negara Yahudi Israel didukung kuat oleh PBB, AS , dan negara adidaya lainnya sehingga untuk melawannya butuh kekuatan dan persatuan dari negeri-negeri muslim dibawah satu komando kepemimpinan Islam yang mandiri, yang menerapkan Islam secara menyeluruh dalam segala aspek kehidupan.

Kezaliman Zionis Israel masih akan terus terjadi, karena ketiadaannya kesatuan kepemimpinan umat Islam. Alhasil, tak ada junnah (perisai) yang akan melindungi kaum muslim dari kebiadaban zionis Israel. Akibat tersekatnya kaum muslim, kaum muslim hidup dalam individualisme dan tidak peduli dengan nasib kaum muslim lainnya. Dari An-Nu,man bin Bisyir dia berkata, bahwa rasulullah saw bersabda: “Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi di antara mereka adalah ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas  (turut merasakan sakitnya).” (HR Muslim No. 4685)

Dengan begitu marilah wahai kaum muslim kita bersatu dalam satu kepemimpinan Islam yang akan menyelamatkan Palestina dan umat Islam lainnya yang teraniaya. Sesungguhnya negara-negara Muslim sangatlah berpotensi besar dibanding dengan Israel, dari segi kemiliterannya saja jika kaum muslim bersatu bisa dengan mudah mengalahkan Zionis Israel. Satu-satunya solusi untuk membebaskan palestina dari penjajahan Israel adalah dengan hadirnya Daulah Islam.

Sesungguhnya Israel hanya mengenal Bahasa Jihad. Karenanya dengan adanya satu kepemimpinan, maka Khalifah bisa mengirimkan tentaranya untuk membebaskan Palestina dari kebiadaban zionis Israel. Tentara muslim bersatu di bawah satu komando seorang khalifah sebagai pemimpin negara yang memiliki tanggung jawab untuk melindungi umat muslim yang ada di seluruh dunia. Jika terdapat umat muslim yang dizalimi oleh kaum kafir, maka khalifah mengirimkan tentaranya untuk melindungi kaum muslim tersebut dan memerangi kaum kafir yang telah menzalimi kaum muslim.

Dengan demikian, tegaknya sistem Islam sebagai solusi atas Palestina dan negeri muslim lainnya adalah perkara yang sangat mendesak dan harus diperjuangkan serta didakwahkan supaya kaum muslim memiliki kesadaran untuk menjadikan Islam sebagai aturan hidup bernegara, dan menyadari bahwa tanpa daulah Islam umat muslim di seluruh dunia akan tertindas dan terpecah belah. Sebab apabila Islam tidak ditegakkan maka kaum kafir akan terus menerus memerangi kaum muslim untuk mempertahankan hegemoni mereka di seluruh dunia.
Wallahu a’lam bi ash-shawwab.

*) Penulis adalah Pendidik Generasi

Baca Juga